MOUSE

Kamis, 03 April 2014

GEOLOGI SANGIRAN

contoh gambar


Geologi Regional Daerah Sangiran

Berdasarkan hasil pengamatan pada Gardu Pandang Sangiran, morfologi Sangiran ini adalah perbukitan rendah yang memanjang dari timur laut kearah barat daya. Dari Gardu Pandang juga tampak disebelah barat ini tampak gunung Merapi dan Merbabu, disebelah timur tampak gunung Lawu.
Berdasarkan studi pustaka, daerah Sangiran merupakan perbukitan rendah dan di dominasi oleh susunan batuan berumur pleistosen, disebelah barat terdapat Gunung Merapi dan Merbabu serta di sebelah timur terdapat Gunung Lawu (Wartono Rahardjo, 2005)
Daerah Sangiran Disebut juga sebagai depresi tengah pulau jawa (zona solo), zona depresi ini bebatasan dengan Pegunungan Kendeng di sebelah utara dan disebelah selatan berbatasan dengan pegunungan selatan.
Dari beberapa singkapan yang teramati di lapangan, di jumpai singkapan endapan laut dangkal, endapan vulkanisme, endapan rawa dan sungai serta singkapan mud vulcano.
A.   Struktur Geologi
Struktur daerah ini berupa kubah yang membentang  dari arah timur laut ke selatan barat daya, struktur kubah ini belum begitu lama, sekitar 500.000 tahun yang lalu, hal ini dilihat dari formasi batuan termuda yang ikut terlipat (Wartono Rahardjo, 2005). Ada beberapa kemungkinan terbentuknya struktur kubah ini, Van Bemmelen (1949) berpendapat bahwa struktur ini suatu akibat dari gaya kompresif yang berhubungan dengan proses longsornya gunung Lawu tua. Sedangkan Van Gorsel (1987) berpendapat bahwa struktur lipatan ini sebagai akibat dari proses wrenching atau mungkin juga karena proses pembentukan gunung api yang baru mulai, sehingga gaya tersebut terus menekan ke arah tengah, sehingga terbentuknya struktur kubah tadi.
Akan tetapi karena adanya proses erosi yang disebabkan oleh sungai Cemoro dan sungai Brangkal yang melintasi daerah tersebut, menjadikan struktur kubah itu sekarang sudah tidak begitu lagi. Dan sekarang yang tersisa bentukan sebuah cekungan yang dikelilingi oleh perbukitan melingkar, sehingga yang tampak merupakan struktur kebalikan dari struktur awal, hal demikian ini biasa disebut inverse topography. (Wartono R., 2005)
Struktur dari kubah tadi juga mengakibatkan terjadinya struktur sesar serta kekar pada daerah Sangiran, sesar yang paling dalam yang terjadi mengakibat terjadinya Mud Vulcano.
B.   Stratigrafi
Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, formasi penyusun daerah sangiran merupakan urutan dari pengendapan syn-orogenic dan post-orogenic (proses pengendapan bahan rombakan yang terjadi pada dan setelah terangkatnya perbukitan Kendeng yang berada disebelah utara Sangiran), kecuali formasi tertua. (Wartono R, 2005)
Urutan Formasi yang menyusun daerah Sangiran adalah Formasi Kalibeng, Pucangan, Kabuh dan Notopuro.
Formasi Kalibeng I
            Menurut Wartono R. (2005), formasi ini tersusun atas batulempung gampingan abu-abuian kebiruan dan napal dibagian bawah kemudian diikuti dengan batugamping kalkarenit dan kalsidunit dibagian atas. Batuan ini tersingkap pada daerah depresi di utara desa Sangiran sungai Puren disebelah timur dan tenggara desa Sangiran.
            Napal dicirikan dengan terdapatnya fosil foraminifera bentonik yang berypa Operculina complanata, Ammonia beccarii, Elphidium craticlatum bersama dengan fosil gigi ikan hiu (Soedarmadji,1976). Ini mencirikan bahwa batuan tersebut diendapkan pada kala akhir Pliosen pada laut dangkal yang berhubungan langsung dengan laut terbuka. (Wartono R, 2005)
            Batulempung abu-abunya bercirikan fosil gastropoda dan pelecypoda, antara lain Turitella bantamensis, Melongena corona, Cominella sangiranensis, Placenfa sp. dan Strombus sp. yang menunjukan bahwa pengendapan terjadi pada lingkungan laut dangkal. (Wartono R, 2005)
Diatas batulempung dan lapisan kalkarenit dan kalsidurit di cirikan seluruhnya hampir semuanya tersusun oleh fragmen fosil (coquina) memiliki orientasi seragam menunjukan pengendapan laut dangkal. Balanus menunjukan daerah pengendapan pada daerah pasang surut. (Wartono R., 2005)
                                                            Formasi Kalibeng II
Formasi Kalibeng (Pliosen): merupakan perulangan fasies laut mulai dari napal hingga lempung dekat pantai (nearshore deposits) yang ditutupi oleh lower lava. Beberapa perubahan muka laut (sealevel changes) dapat kita rinci secara baik, dan merupakan cekungan laut terbuka ketika itu. Tektonik termasuk erupsi gunungapi, dan perubahan muka laut dapat direkonstruksi dengan baik. Pendek kata, siklus-sekuen stratigrafi berbasis astrostratigrafi dapat diterapkan. Proses pembentukan formasi tersebut di bawah kendali tektonik, muka laut. Ketebalan formasi Kalibeng ini lebih dari 130 meter. Formasi Kalibeng ini mengandung fosil foraminifera, moluska laut dan moluska air payau.

            Formasi Pucangan I
                        Formasi ini terletak di atas formasi kalibeng, formasi ini tersusun atas breksi vulkanik yang berasal dari endapan lahar bawah dan tersusun oleh batulempung hitam. Breksinya tersusun oleh fragmen andesit piroksen, andesit hornblenda dan fragmen batulempung, batugamping dan batupasir yang berasal dari formasi kalibeng, ukuran fragmennya antara kerakal hingga bongkah.  Formasi Pucangan pengendapannya semula merupakan aliran lahar ke cekungan yang berair payau. (Wartono R, 2005)
Formasi Pucangan II
Formasi Pucangan/ Sangiran (Plistosen Bawah): yang terdiri dari lempung hitam hingga abu-abu dengan lapisan tipis pasir yang diikuti oleh lapisan-lapisan moluska dan diatomic. Perubahan muka air danau berkaitan dengan iklim, dan genesa keterkaitannya dengan tektonik dan erupsi gunungapi dapat ungkapkan secara baik. Saya interpretasikan, ketika itu sebagai lingkungan tertutup lacustrine. Formasi ini selanjutnya ditutupi oleh grenzbank. Hasil pengamatan, fasies sedimen tersebut dapat dikategorikan sebagai material rombakan, sementara saya sebut sebagai debris flow deposits. Siklus perubahan iklim hubungannya dengan tektonik, erupsi gunungapi, dan evolusi fauna dapat dipelajari secara baik dan rinci. Formasi Pucangan menurut Duyfjes, dari atas ke bawah adalah sebagai berikut :
a.       Endapan batupasir tufaan setebal 35 m.
b.      Batupasir tufaan yang mengandung pasir dan napal yang berisi kerang laut setebal 10 m.
c.       Lapisan lempung berwarna kehijauan setebal 5 m.
d.      Batupasir kasar, konglomerat dan batuan andesit setebal 100 m. pada lapisan ini ditemukan fosil Pithecanthropus.
e.       Endapan batupasir tufaan dengan diselingi batulempung; dan
f.       Napal dan batupasir tufaan yang mengandung lempung dan fosil moluska laut stebal 25 m.
Di Sangiran selain ditemukan fosil Pithecanthropus Erectus pada formasi pucangan ditemukan pula fosil Meganthropus. Asosiasi hewan lain yang hidup berdampingan dengan hewan tersebut antara lain: penyu, buaya, ikan hiu, dan gajah.

            Formasi Kabuh I
                        Formasi ini berada di atas formasi pucangan di mana pada lapisan paling bawah ini di temukan batu gamping konglomeratan, pelapisan dari lapisan ini tidak selalu menerus karena di temukan beberapa lensa yang terputus seperti yang di temukan di daerah brangkal.Jika di tinjau dari ketebalannya lapisan ini memiliki ketebelan dari 0,5 m sampai dengan 3 m. Lapisan ini di sebut juga dengan lapisan batas artau yang biasa di sebut grenzbank (Koeningswald,1940) lapisan ini membatasi formasi kabuh dengan formasi pucangan yang ada di bawahnya. Lapisan ini tersusun atas fragmen-fragmen yang membulat yang terdiri dari kalsedon dan beberapa batuan lain yang telah mengalami altersi hidrothermal (silifikasi), bercampur dengan pelecypoda yang cangkangnya menebal dan membulat karena adanya proses kalsifikasi dan tesemen secara kuat.       Pada lapisan  ini banyak ditemukan fosil mamalia, yang terkenal diantaranya adalah ditemukannya fosil Homo erectus. (Wartono R, 2005)
Formasi Kabuh II
Formasi Kabuh/ Bapang (Plistosen Tengah): termasuk cekungan sistem fluvial, dan dapat dibedakan menjadi 7 tubuh pasir fluvial (F.1-F.7) yang mengalami pergeseran dari waktu ke waktu, yang selanjutnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok (F1-F-3), (F4 dan F5), dan F6/F7. Pengelompokkan berdasarkan setiap tubuh pasir dikontrol oleh efek berubahnya iklim, tektonik dan erupsi gunungapi. F1 hingga F3 (Kabuh Bawah) mengalami pergeseran sedikit dan menempati lokasi-lokasi tertentu, demikian pula halnya dengan F4/F5 (Kabuh Tengah) dan F6 dan F7 (Kabuh Atas). Kontak ketiga grup atau keolompok tubuh batupasir tersebut belum diketemukan, sehingga dapat diinterpertasikan bahwa elevasi ketika dibentuknya F. Kabuh diantaranya telah mengalami perubahan atau pergeseran alur secara berangsur dan mendadak (umum terjadi pada cekungan fluvial di bawah pengaruh tektonik/ synsedimentaty tectonics).
Endapan pada formasi kabuh terdiri dari endapan yang berasal dari erupsi gunungapi yang berupa batutuff, batupasir dan konglomerat. Ketebalan Formasi Kabuh antara 10 m- 60 m. Alat-alat batu purba ditemukan pada formasi ini sedangkan asosiasi hewan yang hidup adalah kura-kura, babi, badak, banteng, kerbau, gajah, kuda nil, dan rusa. Dengan ditemukannya alat-alat batu seperti tersebut di atas menunjukan bahwa manusia pada waktu itu telsh mengenal alat -alat perburuan dalam rangka memenuhi kebutuhan.

           
Formasi Notopuro I
            Formasi ini di sebut juga lapisan lahar atas, terbentuk sebagai akibat adanya proses vulkanisme yang ada di sekitar daerah tersebut. Pada formasi ini di temukan Breksi, Konglomerat,  yang mengandung fragmen-fragmen yang berasal dari batuan beku yang berukuran berangkal hingga bongkah. Di mana batuan tersebut mengambang oleh masa dasar yang berasal dari batu pasir dan batu lempung vulakanik. Formasi ini jarang sekali ditemukan fosil. (Wartono R, 2005)
Formasi Notopuro II
Formasi Notopuro berumur plestosen atas, yang terdiri dari endapan lahar yang berbentuk breksi andesit dan konglomerat. Dengan adanya breksi laharik dan batupasir silangsiur dengan ketebalan sekitar 2 m hingga 45 m tersebut menunjukkan bahwa pada masa Plestosen Atas telah terjadi banjir lahar yang besar.

 Endapan Mud Vulcano
            Endapan Mud vulcano ini ditemukan pada sebuah bukit yang landai. Litologi pada mud vulcano sendiri sangat beragam. Di lapangan, banyak ditemukan serpihan-serpihan batuan metamorf, sedimen dan beku. hal ini berkaitan dengan proses terjadinya mud vulcano tersebut.
            Struktur mud vulcano terjadi akibat adanya struktur sesar yang turun hingga lapisan basement. mengakibatkan lapisan lumpur mencotot keluar hingga ke permukaan membawa material batuan yang sempat pecah saat terjadinya sesar tersebut.
Endapan Undak (terrace deposit)
            Endapan ini di temukan di sekitar brangkal .Endapan ini terdir dari konglomerat, batupasir, fragmen napal dan andesit yang mengandung fosil vetebrata. Fosil-fosil yang di temukan di sini di perkirakan hasil dari pengendapan yang ulang oleh lapisan yang lebih tua. Selain fragmn-fragmen tersebut di temikan juga fragmen-fragmen kalsedondan rijang yang bersal dari proses alterasi pada batuan. Tidak hanya fragmen baytua saja yang di temukan pada lapisan ini tetapi artefak budaya homo erectus pun di temukan juga. (Wartono R, 2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar